Dan Adelin Pun Terkekeh

Adelin Lis, siapa yang tidak pernah dengar nama ini. Hampir tiap hari ramai diberitakan di setiap media. Adelin divonis bebas dari dakwaan pembalakan liar oleh PN Medan Sumatera Utara tanggal 5 Nopember lalu. Hal itu yang membuat perangkat penegak hukum dan masyarakat umum terbengong-bengong.

Adelin Lis memang orang pintar. Pintar karena memang dari sono-nya, rajin belajar, pintar karena kebetulan alias nasib lagi berpihak kepadanya, atau pintar karena punya segudang tabungan dollar yang bisa dipakai untuk meng-hipnotis hakim-hakim yang menanganinya sehingga kepintaran mereka jadi banci, berenang dalam kubangan duit haram.

Adelin lis, bak seekor belut. Kelihatan jinak dan dekat, tapi tatkala mau ditanggap, tetap saja bisa melesat mencari selamat. Tangan-tangan penegak hukum sudah mendudukkannya di kursi pesakitan, sudah dalam jangkauan tangan. Tapi, tetap masih bisa menyelinap meluncur di sela-sela jari sang hakim, menghilang entah ke mana. Dan penegakan hukum negeri ini kembali dikencingi oleh seorang Adelin Lis.

Aparat hukum tidak seia-sekata. Ada yang berpandangan, putusan pengadilan sama sekali tidak melanggar kode etik. Tapi kenyataan yang ada bahwa mulut masyarakat biasa masih tetap menganga, tidak bisa mengerti kenapa bisa begitu. Akhirnya, aparat kejaksaan turun tangan kembali untuk mengusut kasus pembebasan itu.

KY yang selama ini memang tidak dianggap oleh institusi Mahkama Agung, pun ikut mempelajari kasus itu. Berbagai dokumen pun ditelaah dan diselidiki, sah atau tidaknya, yang sampai dekit ini belum selesai. Soekotjo Soeparto, anggota KY memeriksa hakim Adelin. "Kita tidak tau ukuran-ukuran apa yang dipakai hakim tingi", demikian Soekotjo berujar.

Lebih lanjut, Soekotjo mengatakan ,"jika nanti hasil KY berbeda dengan hasil MA, biar saja masyarakat yang menilai". Hal ini bisa dimengerti, karena memang selama ini, sekali lagi MA tidak menganggap keberadaan sebuah institusi bernama KY. Lalu, apa gunanya KY yang tidak punya gigi di depan MA itu? Setelah masyarakat menilai, lalu apa tindak lanjutnya? Apa masyarakat harus demo di depan Kantornya Bagir Manan?

Seperti itulah perangkat pemerintah negeri ini, semua sibuk dengan langkahnya masing-masing, tidak seia-sekata. Padahal sudah terlalu banyak badan maupun komisi di tingkat pusat yang dibentuk oleh sang Presiden, dengan harapan bisa membantu memperlancar memperbaiki negeri ini, namun susah untuk bisa jalan efektif. Salah satu penyebabnya adalah, mereka jalan sendiri-sendiri, dan sebuah instansi tidak diperbolehkan menyerobot kavling instansi lain. Sehingga penegakan hukum bukannya tambah kokoh, malah semakin berantakan dikarenakan banyaknya tangan-tangan yang ikut menyentuh, dengan kepentingan masing-masing.

Jadi, sungguh hal yang sangat wajar, kalau orang pintar seperti Adelin Lis, dengan gampang menjulurkan lidah, menertawakan kebodohan perangkat hukum negeri ini. Sementara pihak terkait lagi sibuk saling menyalahkan, bisa jadi Adelin Lis sementara minum kopi di sebuah cafe, sambil terkekeh-kekeh melihat adegan lucu aparat hukum kita terkait dengan masalahnya. Hehehehehe........, tertawalah sepuasnya Adelin! (@ef-jkt, 19 Nov 2007)

HermanLaja.COM