Anak yang lahir dari ayah yang sudah berumur mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengidap penyakit schizophrenia ketika mereka tumbuh besar. Demikian kesimpulan penelitian Karolinska Institute tentang schizophrenia yang mengambil sample di Swedia akhir-akhir ini seperti dilansir di newscientits. Schizophrenia sendiri adalah penyakit kejiwaan untuk mengasingkan diri yang ditandai dengan suka berkhayal, halusinasi, pembicaraannya yang tidak teratur dsb.
Lalu apa hubungannya dengan Nikah?
Memang agak sedikit dipaksakan mencarikan benang penyambung antara schizophrenia dengan nikah. Setidaknya bisa diambil hikmah dari pesan Rasulullah untuk segera menikah bila memang sudah mampu melaksanakannya. Bahkan setelah Beliau "klaim" bahwa nikah itu adalah sunnah Beliau, lalu mengeluarkan "ancaman", bahwa barang siapa yang tidak mengikuti sunnah-Ku maka dia bukanlah golongan-Ku. Artinya kalau memang sudah mampu menegakkan sunnah yang satu ini patutlah disegerakan. Dengan demikian peluang anaknya kelak mengidap schizophrenia berkurang, dibanding dengan menunda-nundanya.
Toh ada juga teori "social control", yang mengatakan bahwa pernikahan mempengaruhi kesehatan ke arah yang lebih baik.
Itulah pernikahan, yang dari segi religi berpengaruh kepada kesehatan spiritual, dan dari segi ilmu pengetahuan-pun telah dibuktikan banyak berpengaruh kepada kesehatan fisik.
Makanya, kenapa masih menunda-nunda pernikahan kalo memang sudah mampu? (AF,Yokohama)