Komputerisasi UKM


Di Asia Pasifik, Indonesia berada di urutan kedua terendah untuk komputerisasi UKM(Usaha Kecil Menengah), setingkat di atas posisi buncit yang dipegang oleh India. Demikian hasil riset IDC April 2004 yang lalu. Padahal menurut data yang ada, 99,97 persen dari total perusahaan yang ada di Indonesia masuk dalam kategori UKM. Padahal Indonesia termasuk posisi teratas kejahatan Informasi Teknologi.

Dari dua kenyataan yang tidak menggembirakan di atas, terlihat bahwa ternyata keuntungan jangka panjang dengan pemakaian komputer untuk bekerja lebih efisien, lebih kompetitif, masih kurang dilirik oleh masyarakat Indonesia. Justru minat masyarakat lebih menonjol ke arah bagaimana teknologi informasi ini bisa mendatangkan keuntungan jangka pendek. Oleh karena itu pencatutan kartu kredit merajalela. Masalah pembajakan software terlihat sebagai hal yang lumrah dikalangan pengguna teknologi informasi ini.

Penyebab
Keadaan kemampuan finansial untuk menggunakan software legal yang tergolong kurang menjadi pendorong rate pemakaian software bajakan tetap tinggi. Karena biaya teknologi informasi terutama dari segi perangkat lunak memang mahal dalam ukuran daya beli masyarakat Indonesia. Dan juga keadaan ekonomi yang koma sedikit banyak mendorong banyaknya praktek penyolongan lewat teknologi informasi ini. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah nilai moral yang tergolong sangat rendah. Sementara di kesempatan lain kita selalu mengklaim diri sebagai masyarakat religi.

Solusi
Solusi terpenting dan termujarrab, tentu tidak lain adalah meningkatnya daya beli. Yah, perbaikan keadaan ekonomi bangsa. Dan yang utama memang meningkatkan kesadaran akan baik-buruk dari segi moral dan agama, walau seperti anekdot "Sungguh susah berprilaku moral mulia tatkala perut dalam keadaan kosong", termasuk tidak gampang selagi kantong dalam keadaan tidak berisi. Salah satu solusi alternatif masuk akal dari segi teknologi adalah mengarahkan masyarakat untuk menggunakan produk IT yang berbasis open source. Untuk ukuran pengguna UKM, masih relatif mulus dari berurusan lisensi dan hak-hak paten dari open source ini. Pekerjaan rumah yang menunggu untuk bisa mengarahkan masyarakat IT ke open source adalah bagaimana memperbanyak ahli-ahli IT yang berbasis open source, karena kenyataan di lapangan bahwa tenaga IT yang berbasis open source termasuk minim. (AF,Yokohama)

HermanLaja.COM