Harta Karun Selayar

Akhir-akhir ini masyarakat Selayar secara umum lagi disibukkan dengan kabar ditemukannya situs harta karun di perairan Selayar. Keramik-keramik antik itu konon bernilai trilliunan rupiah. Lalu siapa yang tidak tergiur. Seperti kata pepatah, "Di mana ada gula di situ ada semut", dari unsur pemerintah sampai perusahaan pelelangan nomor wahid dunia pun sudah kedengaran mulai mengacungkan tangan.

Pemkab Selayar minta bantuan ke pusat untuk meneliti keberadaan harta karun yang diperkirakan merupakan peninggalan Dinasti Sung, 700 tahun yang lalu itu. Lalu mengerahkan aparat kepolisian untuk mengamankan kawasan yang diduga sebagai lokasi tenggelamnya kapal pengangkut harta karun tersebut. Sementara itu, Christy's Auction House, sebuah balai lelang kelas dunia yang berpusat di London sudah mulai tergiur lalu melakukan pengecekan keberadaan barang-barang tersebut.

Penulis sendiri sudah mendengar keberadaan "barang kuno" itu lebih setengah tahun yang lalu tatkala pulang liburan di kampung. Bahkan Patta Lolo, pemuda penyelam dari kampung Sariahang kecamatan Bontomate`ne menceritakan bahwa sudah ada beberapa piring antik hasil "jarahan" dari tumpukan harta karun yang berada di kedalaman 20 meteran di dasar laut itu yang dia sempat jual ke Makassar. Demmasinna, warga kampung Barat Lambongan kecamatan Bontomate'ne, yang sempat diwawancarai sebuah stasiun televisi swasta yang meliput desas-desus harta karun tersebuat, adalah teman nyelam dari Patta Lolo.

Masih menurut Patta Lolo, bahwa situs yang tersebut ditemukan oleh kelompok mereka. Tapi entah hanya karena akal-akalan atau memang fakta yang sebenarnya, bahwa orang lain yang berniat menyelam tumpukan keramik-keramik antik itu, tidak akan menemukannya. Dan mencari piringan atau guci yang masih utuhpun termasuk sulit karena sudah menumpuk dengan keramik-keramik lain yang sudah hancur. Dan situs itu sudah punya "penjaga" yang kelompoknyapun tidak dibolehkan mengambil barang-barang itu dalam jumlah banyak sekaligus. "Penjaga"nya itu yang membuat orang-orang yang tidak "direstui" tidak akan bisa melihatnya walau semisal tempatnya sudah dtunjuki sekalipun. Benar tidaknya cerita ini hanya Allah yang tau sepanjang belum ada berita akurat dari sumber lain.

Terlepas dari benar tidaknya rangkaian cerita yang sudah beredar, tentu kita semua berharaf situs itu memang ada. Sehingga bisa menjadi sebuah sumber pemasukan daerah Selayar, yang seperti berita yang dilansir harian kompas edisi 24 Agustus 2005, merupakan salah satu dari dua daerah rawan pangan di Sulawesi Selatan. Dari segi kesehatanpun termasuk urutan paling buncit dari puluhan daerah tingkat dua provinsi Sulawesi Selatan.

Kalau situs itu memang benar-benar ada, setidaknya bisa menjadi pendobrak perekonomian daerah Selayar, setelah harapan akan adanya kilang minyak investasi sebuah perusahaan Kuwait hampir pupus. Karena dilihat dari keadaan Selayar di berbagai bidang yang kurang kondusif untuk memacu laju perekonomian masyarakat, memang medium yang paling masuk akal adalah datangnya sebuah "mu'jizat" berupa munculnya "durian runtuh". Tanpa hal semacam itu, daerah ini kurang punya potensi untuk beranjak dari posisi buncit kemakmuran daerah, minimal dibanding dengan daera-daerah lain se-Sulsel. Dan mudah-mudahan saja situs harta karun inilah "mu'jizat" yang dinanti-nantikan itu. Itupun kalau aset tersebut masuk ke kas daerah, dan bukannya terbagi-bagi ke kantong-kantong pribadi pengusaha. Semoga!!!(Syafri & AF, Jakarta)
**** Tulisan ini juga dimuat di www.selayar.com

HermanLaja.COM