Pada sebuah kesempatan, saya ngobrol dengan seorang adik kelas dari SMA 256 Selayar tentang seluk-beluk masa SMA dan universitas. Dia bercerita tentang kegagalannya dalam ujian masuk universitas negeri. Dua kali men-try di ujian tersebut untuk "sekedar" masuk ke Universitas Hasanudin, tapi hasilnya sama, gagal dan gagal lagi. Padahal orang ini katanya merupakan salah seorang dari top three dalam angkatannya di SMA. Ujung-ujungnya dia memuji saya, yang semasa SMA, di kelas saja bahkan pernah masuk 10 besar dari belakang , toh bisa lolos satu demi satu di Ujian Masuk PT Negeri ternama negeri ini.
Cerita tentang hal tersebut saya usahakan tidak melebar ke sana-sini sehingga saya mengatakan bahwa itu tidak lebih dari sebuah kemujuran, nasib baik alias keberuntungan belaka. Toh kita hanya bisa berusaha, dan hasilnya Sang Khalik-lah yang menentukan segalanya. "Tapi semudah itukah yang namanya keberuntungan?", demikian protesnya. Saya hanya bisa mengelak, "Lha, kenyataannya seperti itu!".
Sesuai petuah Konosuke Matsushita, pendiri "kerajaan" perusahaan Electronic Matsushita Group yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama anak perusahaannya National Panasonic, tanda-tanya sang rekan dan argumen saya sama-sama benar. Sang Enterpreuner sejati itu mengatakan "Seiko wa un ga yokatta, Sippai wa douryoku ga tarinai". Artinya, kita semestinya memandang sebuah kegagalan sebagai sebuah hasil dari kerja keras yang tidak maksimal. Ada hal yang kurang dari kerja keras tersebut. Sementara bila anda menemui sebuah keberhasilan, ingat bahwa itu tidak lebih dari nasib baik alias keberuntungan lagi berpihak. Ini mengajarkan kita berikhtiar sebisa mungkin serta syukur nikmat dan menutup pintu kesombongan.
Akhirnya saya mengatakan ke sang rekan bahwa ada sesuatu yang kala itu saya punya sementara anda tidak memilikinya. Latihan mengerjakan soal-soal? Doa? Kesabaran? Demikian dia bertanya seakan-akan demikian antusias mengejar apa yang akan saya ucapkan selanjutnya. Apa yang anda ucapkan mungkin saja benar, tapi "sesuatu" yang saya maksud itu adalah "PERCAYA DIRI". Terus terang percaya diri yang entah datang dari mana mengantarkan saya merasa sudah lulus sebelum menjalani test-test tersebut. Dulu, setelah beberapa kali merenung, baru saya sampai pada kesimpulan tersebut. Karena saya tidak mendapatkan alternatif kedua selain kata "percaya diri" tersebut. Karena diri ini memang tidak berani mengklaim kalo otak ini lebih dari ukuran orang rata-rata. Dan memang banyak fakta yang ikut mendukung bahwa derajat intelijensi yang ada di saya tidaklah setinggi dengan apa yang orang-orang sekeliling saya di kampung kira.
Percaya diri? Yah....percaya diri. Dua kata itulah yang punya andil besar mengantarkanku bisa melewati pintu gerbang Unhas, IPB, ITB, STT Telkom, dan terakhir lolos pada program beasiswa luar negeri-nya Habibie, menristek waktu itu. Dan satu kenyataan lain juga mengatakan bahwa dari sekian banyak generasi-generasi pilihan negeri ini, saya memang termasuk urutan buncit dari segi ke-brilyan-an. Hasilnya saya harus tunggang-langgang menghadapi tantangan demi tantangan yang tiada henti-hentinya datang menjenguk. Yah... wajar, wong wujud asli saya sebagai seekor kucing sudah terlanjur masuk ke kandang harimau. Harus banyak-banyak memutar otak membuat bulu-bulu di seluruh tubuh ini berdiri, sehingga sedikit kelihatan berbadan besar.
Percaya diri memang punya daya magic menyulap sesuatu yang pada dasarnya mustahil bisa terselesaikan. Dan tindakan penuh percaya diri menghasilkan cara berfikir yang penuh rasa percaya diri. David J. Schwartz dalam bukunya "The Magic og Thinking Big" menjelaskan 5 tindakan sederhana untuk menumbuhkan rasa percaya diri ini.
Duduklah Selalu di Kursi Terdepan
Dalam sebuah pertemuan yang bagaimana-pun bentuknya orang kebanyakan bergerombol mencari tempat duduk di barisan-barisan paling belakang. Alasannya agar tidak terlalu mencolok. Tapi pada dasarnya bahwa perasaan takut mencolok diakibatkan oleh perasaan kurang percaya diri. Dengan membiasakan duduk terdepan, secara otomatis berimbas tumbuhnya rasa percaya diri itu sendiri. Dan perlu disadari bahwa tidak ada yang tidak mencolok sehubungan dengan sukses.
Biasakan Mengadakan Kontak Mata
Pernakah anda membayangkan seseorang yang tidak mau memandang anda? Tentu akan timbul pertanyaan dalam diri, "Apa yang ia coba sembunyikan? Apa yang ia takutkan? Apakah ia mencoba membohongi saya? Apakah ia menyembunyikan sesuatu terhadap saya?" Dan beribu-ribu pertanyaan lain yang senada. Keengganan mengadakan kontak mata juga disebabkan rasa percaya diri yang terlalu kecil. Sebaliknya, memandang mata lawan bicara, seakan memproklamirkan diri, "Saya jujur dan tulus. Saya percaya akan apa yang saya katakan kepada anda. Saya tidak takut. Saya percaya". Memandang mata lawan bicara bukan saja memberi rasa percaya diri, juga membuat orang lain percaya kepada anda.
Berjalan 25 Persen Lebih Cepat
Gerak tubuh adalah hasil dari tindakan pikiran. Gerak sempoyongan menandakan rasa percaya diri mendekati titik nol. Berjalan lebih cepat dari orang kebanyakan, seakan-akan mengatakan kepada dunia," Saya harus pergi ke suatu tempat yang penting, dan ada hal penting yang harus saya kerjakan. Lebih dari itu, saya akan berhasil". Hal itu membangun rasa kepercayaan diri. Tegakkan bahu anda, angkat kepala, bergerak maju sedikit lebih cepat dab rasakan kepercayaan diri anda berkembang.
Praktekkan Berbicara Terus Terang
Dalam setiap kesempatan, jadilah sebagai pemecah kekakuan, orang pertama yang memberikan komentar. Ketakutan mengeluarkan pendapat apa adanya banyak disebabkan oleh kekhawatiran dalam hati, "Opini saya mungkin tidak berharga. Pendapat saya mungkin menyebabkan saya tampak bodoh.". Ingat, tidak ada manusia yang perfect. Ketakutan berbicara sesuai apa yang ada dalam fikiran hanya akan semakin mengubur keberanian mengeluarkan pendapat yang seterusnya merasa semakin tidak memadai, semakin inferior. Akibatnya, acap kali membuat janji palsu pada diri untuk berbicara "lain kali". Dan setiap gagal berbicara, kita mengambil satu dosis lagi dari racun kepercayaan, menjadi semakin kurang percaya diri. Sebaliknya semakin banyak berbicara, semakin besar menambah kepercayaan diri anda, dan semakin mudah untuk berbicara terus terang pada kesempatan berikutnya.
Tersenyum Lebar
Senyuman adalah obat yang ampuh sekali untuk kekurangan rasa kepercayaan diri. Cobalah tersenyum justru ketika anda merasa takut, niscaya rasa percaya diri akan bertambah dan dengan sendirinya akan mengurangi rasa ketakutan. Karena sesungguhnya rasa takut dan segan adalah buah dari rasa kurang percaya diri. Suatu ketika saya dengan seorang tetangga naik motor di daerah bekasi. Tiba-tiba banyak polisi di depan langsung "priiitttt....", menghentikan motor kami. Sang rekan menghadap di pos-nya untuk menyelesaikan masalah yang kami hadapi. Setelah kedengaran sedikit cekcok antara petugas dengan sang rekan, sayapun ikut masuk. Petugas minta uang denda 50.000 rupiah. Karena merasa tidak melanggar hal yang urgen (pelanggarannya karena melintasi garis putih, yang pada hal-hal biasa sebetulnya tidaklah dipermasalahkan), sang rekan ngotot dan akibatnya sang petugaspun jadi lebih garang. Saya mendekati sang petugas, lalu sambil tersenyum sambil merangkul pundak bilang, "Akh..., bapak baru segitu marahnya kayak sudah mau kiamat aja". Dan cerita-ceritapun mulai berjalan dengan suasana akrab. Petugas-pun bilang, "Memang masyarakat umum tidak tau kalau hal seperti itu adalah sebuah pelanggaran. Tapi teman bapak itu belum apa-apa sudah marah duluan." Setelah suasana sudah semakin akrab, bercerita sana-sini sambil tersenyum, sang petugas bilang dengan perkataan halus,"Udahlah pak, bayar aja 20.000. Itung-itung untuk buat kita beli rokok nich". Dalam hati saya tersenyum lalu meminta teman untuk membayarnya. Dan dari interaksi itu, jelas kelihatan bahwa dengan sapaan pertama dari saya yang diiringi senyuman bersahabat, dia sedikit banyak melihat kalau saya punya rasa percaya diri yang lumayan tinggi. Lalu terjadilah "obral setoran". Itulah salah satu contoh kekuatan dahsyat dari sebuah senyuman. Disamping membuat rasa percaya diri semakin tinggi,juga mengakibatkan lawan bicara jadi segan.
Rasa percaya diri adalah sebuah sikap yang sudah hampir pasti dimiliki oleh orang-orang besar. Karena sekali lagi bahwa aktivitas yang dilandasi oleh rasa percaya diri akan membuahkan sebuah hasil yang optimal. Kesulitan akan lebih bisa diatasi. Percaya diri bukanlah sebuah kesombongan. Karena percaya diri berkonotasi positif, sedangkan kesombongan identik dengan sebuah sikap keangkuhan, menganggap rendah orang lain. Mari praktekkan kiat-kiat yang tersebut di atas, niscaya rasa percaya diri yang sudah copot satu-satu-pun akan bisa dirajut dan dipadukan kembali untuk menatap positif ke kehidupan masa depan ini.(AF, Jakarta, 21 Agustus 2005)