Salah satu kunci ketenangan jiwa dalam berkehidupan seseorang, adalah kemampuan orang tersebut dalam mengendalikan dirinya terhadap segala aspek kehidupan yang dijalaninya. Sebagaimana Dr. Wayne Dyer pernah mengatakan bahwa anda tidak bisa memiliki damai bathin selama pengendalian kehidupan anda ditempatkan di luar diri.
Sebuah contoh nyata dalam lingkungan kehidupan ini, bahwa begitu banyak orang-orang yang dililit utang yang membuatnya merasa tidak tenang. Tapi pada hakekatnya, seringkali lilitan utang tersebut hanya sebuah efek akhir dari ketidakmampuan mengendalikan diri sendiri. Sungguh jarang orang yang menderita terlilit utang diakibatkan sebuah keterpaksaan dalam memenuhi kebutuhan yang paling mendasarnya. Ini bisa menjadi sebuah renungan, bahwa sebetulnya penderitaan itu sendiri sesungguhnya diakibatkan oleh kelalaian dalam mengendalikan diri.
Dalam dunia kerja pun tidak berbeda jauh. Sepanjang seseorang beristiqomah menjalani aktifitas pekerjaan dengan dilandasi oleh pengendalian diri, niscaya sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi akan bisa diselesaikan. Lain halnya kalau sifat pengendalian diri itu tidak ada, sehingga memaksakan diri menyimpang dari rel yang sebenarnya dengan iming-iming meraih keberuntungan atau mendapatkan jalan pintas untuk menyelesaikan permasalahan secara instant. Mengesampingkan sifat pengendalian diri sembari menggantungkan nasib pada ujung sebuah anak panah. Hasilnya bisa mujur, tapi kemungkinan terbesar penyesalan tiada akhir yang akan datang menjenguk.
Pada dasarnya, definisi kehidupan yang tidak bahagia adalah kehidupan di mana kita merasa segala hal tidak dapat dikendalikan. Perasaan tidak berdaya ini secara emosional dan fisik sangat melelahkan. Perasaan itu menguras energi yang kita butuhkan agar produktif dan menikmati hari-hari dalam kehidupan kita. Kalau kita bisa mengendalikan kehidupan, kita merasa penuh semangat dan memiliki pandangan yang positif terhadap masa depan. Sebaliknya, kalau kita merasa tidak dapat mengendalikan kehidupan, kita menjadi frustrasi, lelah, dan pesimistis. Hal ini akan membentuk lingkaran setan, yang akan menggiring kehidupan itu semakin hari semakin menuju dasar kehancuran dalam berkehidupan.
Dalam segala elemen kehidupan, kita lebih mengenal kata-kata "disiplin". Disiplin adalah kunci sebuah kesuksesan dalam segala hal. Dan disiplin itu sendirilah kata lain dari pengendalian diri. Dengan kata lain, tidak akan disiplin tanpa pengendalian diri itu sendiri. Tanpa disiplin internal, kita tidak akan mampu mengendalikan kebiasaan setiap hari, apalagi secara proaktif mengarahkan kehidupan sendiri.
Scott MacMillan dalam bukunya "the Big Game", memaparkan manfaat-manfaat berdisplin sebagai berikut;
Bisa melaksanakan apa yang direncanakan
Bisa bergerak maju, walau dalam keadaan lelah sekalipun
Tidak akan membiarkan kegagalan kecil menjadi kegagalan besar
Sarana untuk mencapai sasaran yang ada dalam diri sendiri
Bisa menciptakan dan mempertahankan kebiasaan positif
Secara manusiawi, tidak ada manusia yang 100% bisa mengendalikan dirinya terhadap semua hal yang dihadapi. Bahkan seorang Khalifah Umar, yang terkenal dengan kekuatannya memegang prinsif, pernah berada dalam keadaan tidak mampu mengendalikan dirinya tatkala mendengar Rasulullah wafat. "Barangsiapa yang berani mengatakan bahwa Muhammad saw telah meninggal, akan berhadapan dengan pedangku". Ternyata kecintaannya pada Rasulullah, justru menggiring beliau kepada kelalaian dalam mengendalikan diri. Untung Abu Bakar yang terkenal bijaksana itu berhasil menyadarkan Umar dengan pernyataannya bahwa Rasulullah pun tidak lebih dari manusia biasa yang pasti akan menemui ajal, dan sesungguh yang kekal itu hanyalah Sang Pencipta segala kehidupan.
Itulah pengendalian diri, yang mau tak mau harus dijalani demi memampukan diri mengendalikan kehidupan ini. Bahkan, kunci kelancaran segala aktifitas kehidupan, adalah kemampuan mengendalikan diri itu sendiri.(AF, 27 Mei 2006)