"Seks" di Tempat Kerja

Saat ini sedang ramai-ramainya isu Poligami & Perselingkuhan. Karena yang melakukannya adalah orang-orang besar. Di setiap milis, hampir tidak pernah putus komentar tentang masalah tersebut. Oleh karena itu, sayapun jadi pengen ikut-ikutan, walau sebelumnya pernah berfikir, urusan sendiri saja belum tertangani dengan baik, buat apa membuang waktu menguras tenaga ikut "heboh" menanggapi kedua isu nasional tersebut. Biar tidak terkesan ikut-ikutan, saya akan melihat seks di tempat kerja yang ada hubungannya dengan profesionalitas.

Tiada orang yang tidak mengerti, bahwa hubungan romantis di tempat kerja bisa mengakibatkan berbagai persoalan. Dan pada dasarnya, seorang atasan menggunakan "kekuatan"nya untuk menghalalkan napsu yang satu ini ke bawahan. Apakah ini tidak boleh? Bisa jadi boleh, tapi secara profesional sangat tidak dianjurkan. Suka sama suka-pun gak boleh juga? Jawabannya "iya". Itu kan privacy masing-masing orang? jawabannya "iya". Lalu kenapa tidak "boleh" juga? Jawabannya simple, karena hal tersebut akan mengganggu penilaian sang atasan ke bawahan., menghadapkan sang atasan pada masalah-masalah hukum, dan menggerogoti sikap hormat tim yang dipimpinnya.

Fantasi romantis yang ditujukan kepada seorang gadis di tempat kerja biasanya memang kelihatan sama sekali tidak merugikan siapa-pun. Tapi bilamana fantasi itu diwujudkan dalam tindakan nyata, maka hampir pasti akan berbenturan pada berbagai macam masalah.

Jika anda terlibat dalam hubungan romantis, secara umum anda cenderung melihat hal-hal positifnya saja. Sisi negatifnya lebih banyak tertutupi, atau mungkin malah memang tidak mampu dilihat. Juga akan mengabaikan hal-hal yang sebetulnya bila suasana bukan dalam situasi "falling in love", tidak akan terabaikan.

Case yang banyak nampak adalah, bilamana seorang atasan menjalin affair sama bawahannya, maka kadang tanpa pertimbangan yang masuk akal, akan mempromosikan sang bawahan, entah dengan cara apapun. Berusaha mendongkrak karir orang menjalin hubungan dengannya. Manakala keliru menilai kualifikasi-kualifikasi orang itu, mungkin sang atasan akan terpaksa menghadapi masalah-masalah yang diakibatkan oleh kekeliruan tadi dalam jangka waktu yang lama.

Sepasang kekasih sudah pasti ada masa bertengkar. Bisa dibayangkan bagaimana pertengkaran akan mempengaruhi tempat kerja. Kalau memang tempat kerja dikelolah secara profesional. Bagaimanapun, pertengkaran itu akan mempengaruhi unjuk kerja kedua belah pihak, yang akhirnya pekerjaan yang akan jadi korban. Padahal ini sangat bertentangan dengan prinsif profesionalitas.

Ditinjau dari sudut pandang hukum terutama di negara maju, rayuan iseng saja sering mengakibatkan ganti rugi finansial besar-besaran di pengadilan dan menghancurkan karier banyak orang. Apalagi sampai latah membuat dokumentasi dalam bentuk video misalnya seperti yang ramai dibicarakan di seantero negeri saat ini. Dan secara prinsif, pembelaan "suka sama suka" tidak akan berdaya dalam kasus-kasus atasan-bawahan, khususnya bila bawahan mengklaim bahwa ia merasa dipaksa.

Yang jelas, hubungan asmara di tempat kerja, bisa mengakibatkan rasa tidak senang, mengganggu hubungan kerja, dan membuat karyawan-karyawan lain kehilangan sikap hormat pada kedua insan yang terlibat. Mungkin mereka merasa -dan ini masuk akal- si orang istimewa itu diberi perlakuan istimewa. Dan jika anda bertanya-tanya apakah para karyawan mengetahui bos mereka sedang menjalin hubungan asmara, asumsikan saja mereka memang tahu. Jangan berharaf hal tersebut tidak akan tercium oleh orang banyak. Paling, mereka tidak berani memperlihatkan gelagat bahwa mereka mengetahui hubungan affair tersebut. Sepandai-pandai kita membungkus bangkai, akhirnya akan tercium juga. Jadi jangan merasa yakin "rahasia"nya tetap rahasia, karena bisa jadi di luar sana, semua bawahannya sudah mengetahui hal tersebut dari A sampai Z. (af@jkt, 10 Desember 2006)

HermanLaja.COM