Mengungkapkan Ide

Saya termasuk orang yang suka diam kalau ada menghadiri sebuah pertemuan. Alasan dari dalam diri, seakan-akan menganggap orang lain-pun memikirkan apa yang ada dalam pikiran saya. Tatkala ada orang yang mengeluarkan ide, kurang punya minat untuk angkat bicara, semisal ide tersebut sangat bertolak-belakang dengan apa yang ada dalam kepala ini. Akibatnya, setelah pertemuan selesai, baru suka ngomel..., sampai terkadang keluar kata-kata, "mikir tuh mikir!".

Kadang tatkala ide diungkapkan pun, kurang bisa menyakinkan lawan bicara. akibatnya, ide tersebut mental. Hal semacam ini sering membuat pengungkap ide merasa frustasi. Dan yang menjadi penyebab utama ide kita tidak diterima baik oleh atasan, rekan kerja, ataupun customer, adalah cara pengungkapan kita yang memang tidak mampu membuat ide itu masuk ke dalam alam pikiran lawan bicara. Kita punya kecenderungan, menilai orang lain sudah mengetahui apa yang kita maksud, sementara kenyataannya tidak. Karena penilaian kita itu lebih banyak dipengaruhi oleh apa yang sudah ada dalam pikiran kita sendiri, dan kurang memikirkan bagaimana seandainya diri kita sendiri yang berada di posisi lawan bicara.

Paul J. Siregar, MSc. CEng. dari Dale Carnegie Training, mengedepankan 3 komponen besar sebagai persiapan utama mengajukan usul/ide, agar ide tersebut lebih dapat diterima oleh orang lain. Ketiga komponen itu adalah idea, benefit, dan evidence.

IDEA
Apa yang sebenarnya anda usulkan? Salah satu penyebab ide ditolak adalah ide yang tidak jelas. Oleh sebab itu, perjelaslah APA yang anda usulkan. Misalnya anda mengusulkan pada komunitas maya anda untuk mengadakan kopdar di Pulau Batam. Sekedar kopdar atau ada kegiatan sampingan misalnya menjalin silaturrahim dengan organisasi atau komunitas di sana? Atau ada lagi kegiatan sampingan lain, seperti refreshing ke tempat rekreasi di sana. Semakin spesifik ide anda, semakin meyakinkan.

Perjelas juga PROSES-nya. Misalnya, dari pada hanya mengungkapkan apa-apa saja yang bisa dilakukan, lebih baik bisa mengusulkan lebih spesifik, bahwa kita bisa ke sana via pesawat, dan ngumpul di Bandara jam berapa. Lalu dengan bus yang sudah kita carter selama di sana kita diantar ke penginapan tempat menginap di malam pertama yang memang sudah diformat dekat dengan kegiatan hari pertama. Besoknya berangkat dan menginap daerah B, tempat kegiatan inti kegiatan. Demikianlah seterusnya, sehingga usulan bisa lebih kelihatan progres dari awal hingga akhir. Karena memang seringkali orang lebih mudah diyakinkan apabila dia dapat "melihat" proses dimaksud.

BENEFIT
Apa manfaatnya bagi pendengar anda? Setiap pendengar kita selalu berpikir, "what's in it for me?". Bila itu tidak terjawab, mereka akan berpikir, "so what?" Cara terbaik untuk memikirkan manfaat usul anda adalah dengan memandangnya lewat kacamata pendengar. Misalnya anda mengusulkan supaya absensi diotomatisasikan dengan teknologi finger scan. Dari sudut pandang anda sebagai orang SDM, tentu alat itu mempermudah pekerjaananda, tetapi dari sudut pandang bos, alat itu berarti biaya. Bicarakan manfaat alat tersebut dari sudut pandang atasan, yaitu sebagai investasi bukan dari sudut pandang kemudahan pekerjan anda.

EVIDENCE
Apa buktinya? Perkuat ide anda dengan bukti pendukung seperti alat peraga, gambar, foto, dan data statistik. Adanya bukti membuat tidak saja ide anda menjadi lebih meyakinkan, tetapi juga memperkuat image anda sebagai seorang komuniktor yang kredibel.

Tiga komponen pemulus usulan di atas, memang penting dilengkapi tatkala berbicara biasa sama orang lain pun. Karena hal-hal tersebut akan membuat bobot pembicaraan kita lebih kelihatan berbobot. Apalagi, dalam membicarakan sebuah ide atau usulan ke atasan ataupun customer misalnya. Sehingga ide kita sedikit banyak bisa minimal didengar oleh lawan bicara kita. (af@jkt, 7 Januari 2007)

HermanLaja.COM