Bukan Alasan Ketidak-bisaan

Ada type orang yang gampang dimintai pertolongan. Karena memang relatif gampang mengiyakan permintaan orang lain. Tatkala ada orang yang bilang, "minta tolong ini yah!", mulut ini tanpa dikasih aba-aba, kadang langsung saja mengeluarkan kata-kata, "iya". Terlepas akhirnya dia sendiri yang kelimpungan. Istilah lebih umumnya, type orang tidak bisa ngomong "tidak". Atau sudah terlanjur taklik buta sama ucapan mantan wapres Adam Malik, "tidak ada yang tidak bisa diatur"?

Di dunia kerja, kadang tatkala kita sedang mengerjakan sesuatu yang diperintahkan sama atasan, tiba-tiba seorang senior datang nyelonong minta tolong sesuatu. Kalau saja kita mampu bilang, "Maaf, saya lagi mengerjakan tugas dari atasan!", bisa jadi pekerjaan itu akan dialihkan ke orang lain. Sementara orang yang bertype seperti ini, akan dengan gampang bilang, "Iya Pak, ntar saya kerjakan". Ujung-ujungnya, kembali lagi akan "menderita" harus meng-handle 2 pekerjaan secara paralel. Dan kadang, karena pikiran yang terbagi, hasilnyapun asal jadi, tanpa mementingkan kwalitet output.

Type manusia seperti ini sering diidentikkan sebagai orang-orang yang bergerak tanpa perencanaan yang matang. Menggampangkan sesuatu. Gampang kebawa arus. Dll dsb.

Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa orang model ini relatif lebih menjanjikan untuk berkembang. Ke-gampang-annya mengatakan "iya", membuatnya sibuk, bahkan kadang di bawah tekanan yang besar itu yang secara tidak sadar memperluas wawasannya akan berbagai hal. Ke-bisa-annya jadi lebih cepat terasah. Karena konon, kemampuan seseorang akan lebih terpacu dengan adanya tekanan-tekanan tersebut. Pikiran-pun akhirnya jadi terbiasa menyelesaikan lebih dari satu masalah dalam waktu yang sama, dan ini sebetulnya bukan hal yang gampang.

Orang yang gampang mengatakan "tidak bisa", pun sebenarnya tidak salah. Karena sedang menangani suatu pekerjaan, inginnya lebih berkonsentrasi pada pekerjaan tersebut agar bisa menghasilkan sebuah output yang memuaskan. Akibatnya, tatkala permintaan pekerjaan tambahan datang, yang mereka cari adalah "apa alasan ketidak-bisaan", sehingga tidak menjadi repot sendiri dibuatnya. Dan alasan itupun sebenarnya hampir selalu masuk akal.

Sementara orang type "iya", setelah menerima beban pekerjaan tambahan tersebut, akan sibuk mencari "apa jalan/alasan untuk bisa". Wong sudah terlanjur menyanggupi, salah sendiri. Secara sepintas, kelihatan mencari penyakit sendiri. Namun ternyata dibalik itu, otak akan dipaksa mencari "apa jalan untuk bisa" tersebut. Dan itulah salah satu katalis penyebab, mengapa orang bertype "iya" cenderung lebih bisa berkembang dan lebih fleksibel menghadapi trend pekerjaan yang selalu berubah dibanding type kebalikannya.

Intinya, jangan mau disibukkan mencari "alasan ketidak-bisaan", tapi ajaklah otak anda untuk berpikir mencari tahu, "apa jalan untuk bisa". Iya nggak? (af@jkt, 7 Pebruari 2007)

HermanLaja.COM