Kedatangan Nawir dkk, membuatkan lembaran 'sejarah' baru buat aku. Kali pertama aku 'bergaul' sama orang-orang AngingMammiri. Dan yang pasti, orang pertama itu adalah Nawir, disusul Deen, dan berselang beberapa jam, Eko Cristal juga datang.
Aku lagi di kamar tatkala telpon berdering. Di layar HP tertulis nama 'AlMunawir' dan nomor telpon yang otakku belum mampu untuk menghapalnya. Sambil mengangkat telpon, aku beranjak keluar kamar, dan kedengaran echo dari suara dibalik telpon dgn suara yang kedengaran langsung dari luar rumah. Aku menoleh ke luar, dan keliatan 3 kepala dari balik pagar rumah. Sepertinya suara bayangan telpon itu berasal dari kerumunan 1 pemuda ganteng dan dua gadis ayu itu. Jarak antara aku dan mereka memang agak berjauhan, namun suara Nawir yang tidak kalah sama gemuruh suara Umar r.a waktu protes tidak mau nerima berita meninggalnya Rasulullah, menjadi biang terjadinya 'echo' itu.
Kupersilakan mereka masuk. Dan bener, bayanganku tentang potongan tubuh Nawir yang memang sudah memproklamirkan diri berat badannya naik 10 kilo, tidak terlalu jauh meleset. Jujur, memang agak subur...., salah satu simbol kemakmuran. Kalau dibilang, 'wajah boleh keliatan tua....', justru aku tidak mendapatkan kesan itu. Kalau nampak lebih dewasa dari usianya sih mungkin iyah. *tamu harus dihormati, salah satunya dengan mengangkatnya setinggi langit* :D
Deen juga memang ayu, sebagaimana image yang ada di kepala setelah beberapa kali berkunjung ke blognya, atau gambar yang lagi ditodong pake badik oleh La-Daeng di arsif AM. *sekali lagi, tamu harus dihormati*
Yang masalah, ada satu lagi cewe cantik yang slalu nempel kayak pranko sama Nawir. Kirain 'istri'nya Nawir, ternyata masalah itu aku gak sempat nanya:). Katanya, namanya Indhy, yang menjuluki dirinya hantu blog, yang sekarang bekerja bareng Nawir di kantornya menristek.
Cerita kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang...., tiada terasa waktu berlalu begitu cepatnya. Hihihi....., kek ABG yang berhasil pacaran diluar jangkauan mata sang orang tua. Isi cerita sengaja aku sensor, demi menghormati hak asasi manusia paling dasar dari obyek cerita, takut yang bersangkutan merasa harga dirinya terperkosa.
Waktu dah menjelang jam 12, tiba-tiba rasa jail-ku muncul. Aku tau kalo mereka dah pada kelaparan. Dalam hati berguman..., aku siksa dulu nih mereka, biar berat badannya pada turun. Soalnya aku liat, relatif pada subur-subur sih. Minimal dibandingkan dengan dirikuH yang keliatan kek tengkorak berjalan. Mata ceking, perut buncit, seakan ikut terlibas bencana gizi buruk yang melanda beberapa desa di negeri ini. Belum lagi lalat-lalat yang dah menganggap rumahku seperti rumahnya sendiri..., lengkap sudah. :(
(Lah...., aku koq memelas, minta simpati lewat blog seh...., zaman memang dah makin canggih)
Alasan sebenarnya sih, sambil nunggu-nunggu Eko cristal, cowo ganteng yang punya banyak musuh gara-gara tktq-nya itu. Namun karena yang bersangkutan gak pernah merasa lagi ditunggu, dan emang gak terbiasa datang tepat waktu, akhirnya hatiku luluh juga.(Eko.... maaf, gak usah merasa tercolek yah) :D
Udara di dalam rumah memang tidak begitu bersahabat, panas. Mungkin karena hujan deras dikit lagi akan turun. Abis nyantap, semua orang dah pada berkeringat. Padahal sebelumnya, cuma Nawir doang yang selalu kegerahan. Make-up dah mulai berguguran disapu keringat, wajah asli dah pada mulai berani menampakkan dirinya. Tapi kalo emang dasarnya cantik mah, make up belepotan juga tetep aja cantik. *lirik-lirik Deen & Indhy, sambil berharap ditraktir minum kopi di starbuck*
Akhirnya, Eko tktq datang juga. Katanya dimain-mainin ama tukang ojek, diajak mutar-mutar. Ada aja alasan yang keluar tatkala diserang ama Nawir, 'Ini dah jam berapa?' Ambil mi semua Eko!
Setelah Eko ngambil jatah sendirian, cerita kembali bergulir. Pokoknya heboh banget. Baru aku sadar, ternyata heboh gak mesti dengan orang yang banyak. Gak mesti harus di mall. Gak mesti harus di happy puppy. Dan beribu-ribu macam "Gak mesti"2 lain. Sampai cerita selama ini pernah kerja apa aja. Pokoknya, yang gak dateng nyesel...., walau gak sampe tujuh turunan. Sampe ponakan melirik aku merasa gak percaya, dan seolah berkata, "Ih...Om segitunya...!". :P
Cuman ada yang kurang...., gak ada acara "cipika-cipiki"an. Tp minimal, aq dah diwakili Farhan untuk urusan ini. Pengen rasanya berubah wujud jadi Farhan. (Wueks....!). Pas pengen foto-foto, baru ngambil beberapa lembar, memori abis. Gambar-gambar gak penting dihapus, eh... giliran baterei yang meringis. Nasib...nasib...!
Dah pada gelisah mo pulang(padahal makanan blon seperduanya habis lho!), hujan turun deras banget. Dilanjutkan lagi sambil nunggu hujan reda. Setelah hujan reda, Nawir, Eko, Deen, temannya Nawir menelusuri jalan setapak nan becek di depan rumah. Pulang ke rumah masing-masing. Itu ji! (af, 9 April 2007)