Kopdar Dengan Petinggi AM

Dalam sebuah kunjungan berbagai kegiatan di Makassar, saya menyempatkan diri ketemu sama 'anak-anak'(soalnya mereka-mereka bukan lagi tergolong anak-anak, bahkan ada yang panggilannya saja sudah "Mamie"). Saya terpaksa mohon maaf, karena terlambat datang ke tempat pertemuan tersebut. Itu saja, saya sudah mohon dengan sangat kepada rombongan saya yang lagi rapat, untuk cabut duluan sebelum rapat selesai, untuk menemui Blogger Makassar tercinta, untuk yang pertama kalinya.

Ipul, yang saya minta tolongi untuk ngantar ke tempat pertemuan pun datang, langsung dari bandara menjemput teman kantor yang baru datang dari Jakarta. Langsung kami meluncur ke tempat pertemuan. Waktu sudah menunjukkan 30 menit terlambat dari yang sudah dijadwalkan, walau sebelumnya sudah mengontak pihak AM mohon maaf karena kemungkinan terlambat.

Dari luar ruangan, sudah kelihatan 'petinggi2 AM' dah ada di deretan kursi paling belakang, tepat di dekat layar TV gede. Kali karena mereka-mereka pada hobby nonton si Rossi dkk sedang beradu kecepatan di arena motor race, maka sengaja mengkapling tempat tersebut. Sebetulnya saya sendiri belum pernah ketemu ama mereka-mereka, akan tetapi wajah2 tersebut sangat tidak asing lagi, karena memang dah banyak berkeliaran di dunia maya. Aku yakin betul, "Yah...., pasti mereka itu di belakang sana".

Terlihat, Rara sang ketua yang super aktif di dunia per-blogger-an itu. Ada juga Ndy, yang tergolong sangat cerewet, di milis AM. Mamie, yang kelihatan asyik ngutak-atik blackberry-nya. Noir yang malah lebih asyik memelototin screen TV yang nempel di dinding itu, sambil sekali-sekali ngobrol sama Mus yang juga tidak ketinggalan mengamati jalannya race. Dan so pasti itu Intan, yang "terkenal" gak bisa dipisahkan dari sosok Mus. Hhmmm...., kemana-mana slalu nempel kek perangko, mentang2 belum terlalu lama bisa melepaskan kekangenan.

Kenapa yah? Aku koq merasa dah sering bertemu ama mereka? Apa karena aku juga termasuk 'cerewet'? Yang bahkan dari pengakuan bu RT, aku 'menakutkan', suka marah-marahin orang, termasuk bu RT. Padahal, aku merasa, marahku itu adalah salah satu wujud rasa sayangku, rasa sayang pada AM. Sehancur inikah potongan wajahku, sampe orang-orang belum ketemu aja dah pada takut? Tapi, apa mau dikata, karena emang dari sananya wajah ini dah kek gini. Dan aku juga tidak mungkin protes pada orang tua yang sudah melahirkan dan membesarkan hingga bisa se'tua' ini(soalnya aku belum merasa tua).

Dan ternyata, setelah bungkusan dibuka, rupanya para petinggi AM saja agak lain dari image awalku tentang mereka. Kemana kehebohan canda tawa-nya Ndy? Green-nya koq ilang? Ntan, yang kalo chatting ama aku keliatan suka ngomong kata-kata segar, koq bawaannya diem? Mamie, yang kalo di milis cuman sekali2 ngomong, tapi sangat mengena dari segi makna, dan sangat tepat dari segi situasi, kata-kata yang sangat menyegarkan, tidak kaku, ada unsur canda tapi mendidik? Noir yang asal serius, pasti suka cuap-cuap tentang ide-ide brilliant-nya, malah larut dalam tatapannya ke screen TV. Prof....., ente juga koq diem gitu? Padahal senyuman Mus, bisa meluluh lantakkan jiwa-jiwa gadis yang melihatnya, belum lagi kalo ngelihat hasil2 kreasinya dalam bentuk design...., aku angkat topi tinggi2 dah.

Obrolan pun cenderung kaku. Karena aku akui, tidak punya bakat untuk menghangatkan suasana dengan umpan-umpan obrolan yang jitu memancing bicara. Padahal aku dah memaksakan diri berakrab-akrab, sampe membuang rasa malu minjam charger BB-nya Mamie. Thanks Mam! Aku bisa ber-BB lagi berkat bantuannya. Yah...., namanya juga baru pertama ketemu, demikian aku memaklumkan diri.

Yang pasti, inti kopdar dadakan ini dah clear, gak ada kekurangan yang berarti. Kalaupun aku cuap-cuap bertanya, "mana ini....?, mana itu....?", seperti di atas, bukanlah golongan rukun wajib dalam kopdar mendadak kali ini. Cuman, sekali lagi, aku harus jujur, merasa ada yang kurang...., keceriaan semuanya.

Waktu yang terlalu sempit, menggiring kami untuk pindah tempat. Kopdar jilid dua, tanpa ada misi utama, selain mengisi perut masing-masing, yang dari sore hanya diisi makanan ringan dan minuman seadanya. Suasana tidak terlalu berubah drastis. Tapi sudah keliatan mulai ada keakraban. Atau aku aja yang merasa? Sesekali sudah keluar candaan khas masing-masing. Ndy yang bangga dengan bakat alamnya jenius megang mic, tanpa memandang tempat dan suasana, berani menanggung malu. Aku juga dah mulai berani bercanda ke Mamie, atau ke Rara, walau respon baliknya belum tergolong lulus Ujian Nasional. Noir yang memang bawaannya serius dan jenius, dah mulai berbincang sama aku mengenai kerjaan. Secara keseluruhan, suasana bisa lah dibilang 'heboh' (dalam tanda kutip yah!).

Yang pasti, aku sangat berterima kasih sama anda-anda semua, yang rela meluangkan waktu menyesuaikan waktukun untuk sekedar bertemu, kopdar, yang bahasa "Awi'"-nya, silaturrahim. Dengan itu aku juga bisa membusungkan dada cerita ke AM Jakarta yang belum sempat ketemu AM Makassar. Deen...., maaf yah! Aku menang lagi. Tergores lagi sebuah moment hidup yang sulit terlupakan, untuk kali pertama ketemu ama AM Makassar. Saya Enjoy cess!

Sampai karena waktu sudah larut, sementara banyak yang akan kerja di hari berikutnya, kita pun pamitan. Aku kembali diantar sama Ipul kembali ke hotel tempatku menginap, yang sebetulnya sampai di kamar, masih sempat meeting-meeting kecil ama tim yang bersama aku. Terima kasih sobat! Terima kasih AM! Terima kasih! Kuyakin tiada usaha yang sia-sia, termasuk menjalin hubungan silaturrahim. (@ef, 10 Juni 2007)

Mam, Aku minjam photo-photonya yah!

HermanLaja.COM