Pengalaman di BFL

BFL singkatan dari Blog For Life adalah sebuah acara bincang IT dan Blog yang diadakan oleh Komunitas Blogger Makassar. Kebetulan saya ada urusan di Makassar, sekalian menyempatkan diri "mengamati" sepak terjang dan semangat "anak-anak" AM. Dan kesimpulannya cuma ada satu kata, 'SALUT'.

Malam sebelum hari H, mereka bahu membahu mempersiapkan acara. Mereka kompak, bekerja tak mengenal lelah, dan tak mengenal waktu. Sangat pantas diibaratkan, "Kaki di kepala, kepala di kaki", meminjam bait sebuah lagu Peterpan.

"Mana me ki?", sebuah pesan singkat dari Irha, yang juga salah seorang panitia inti acara ini. Ternyata beliau melihat status di YM-ku, "Lagi di Mks". "Datang me ki!", lagi-lagi Irha mengundang aku untuk ikut "ngangkat-ngangkat kursi", persiapan acara besoknya. Padahal waktu sudah menunjukkan sekitar jam 9. "Anak-anak masih ada. Belum selesai", Kini giliran Mamie yang melayangkan message-nya.

Rindu Sama Professor
Aku langsung mengajak Iful berangkat menuju PTC, tempat acara akan dilaksanakan. Ada perasaan rindu bersemayam di dada ini, pengen menghambur ke luar. Gimana kabarnya Mus sang premanG AM yah?, pikiranku menerawang dalam posisi meluncur ke PTC. Iyah..., saya juga kurang mengerti, dalam hati koq banyakan wajah si Mus yang muncul. Sepertinya aku memang sudah terlanjur 'jatuh cinta' kepada professor yang satu ini. Pengen rasanya ketemu. Padahal secara darat, saya juga baru pertama kali ketemu dengannya, itupun tidak sempat ngobrol banyak, dikarenakan aku dan dia sama-sama rada pemalu (ngakunya). Mungkin saja karena sudah ada ikatan bathin sesama premanG.

Koq si Mus? Emang gak ada cowok lain yang lebih ganteng? Entahlah. Yang jelas, aku masih merasa, Mus lah yang terganteng dari seluruh cowo AM. Hupsss..., tidak ada niat berpromosi loh. Toh aku juga dah tau, Mus dah ada yang punya. Intinya, aku memang sepertinya punya sebuah sifat dasar, yang gampang 'jatuh hati' sama sosok pekerja keras. Dan aku menemukan itu ada sama sebuah sosok yang bernama lengkap, Muhammad Mustamar Natsir. Walau tidak berarti yang lain bukan pekerja keras. Semua kelihatan pekerja keras. Dari Ibu RT, yang bahkan harus ber-dating ria sama si dia di tempat acara, sampai Teeza, yang sementara orang lain istirahat menikmati "cemilan menjelang tengah malam", beliau masih sibuk mengutak-atik laptopnya untuk persiapan acara di hari berikutnya. Ada Ndy, yang bahkan sempat pingsang, seakan semua tenaga sudah habis terpakai. Semuanya..., bahu membahu dalam semangat kebersamaan. Sekali lagi, aku salut sama ente-ente, tanpa bisa menyebut nama satu persatu.

Menjelang hari berganti, semua beranjak bubar, sekedar bisa istirahat sebentar untuk persiapan acara inti di hari berikutnya. Akupun kembali ke hotel.

Ketemu Sesepuh Blogger
Hari sabtu, sampai jam 11-an, saya masih ada urusan kantor. Baru setelah itu, bergegas menuju PTC. Sampai di sana, suasana terlihat rame, semua santai. Ternyata, waktunya istirahat siang. Terlihat wajah-wajah cerah bersemangat anak-anak AM yang lengkap dengan kaos warna hitam kebesarannya, "I'm Blogger". Setelah melihat-lihat sekeliling, saya duduk di depan meja panitia. Dan seakan tau kalau perut aku memang lagi kosong, Linda menawarkan bungkusan makanan. Dengan wajah ramah dan manis, Putry menyodorkan kotak makanan kepadaku. Padahal secara pisik, mereka-mereka itu baru pertama ketemu sama aku. Terima kasih! dan akupun larut dalam alam "kunyah-mengunyah".

Tak lama kemudian, sesi selanjutnya, sebuah acara bincang-bincang yang dipandu oleh Mamie pun dimulai. Yudi, dengan Fajar FM-nya pun sudah stand by untuk menyiarkan langsung acara ini. Di atas arena, duduk berjejer para sesepuh blogger, mulai dari Aan penulis terkenal itu, hingga Ilham sang Photographer dengan segudang hasil karyanya. Pun ada Jimpe yang bernaung di bawah Ininnawa, Asri Tadda yang dokter muda yang sudah hapal tentang seluk beluk mencari duit via blog. Ada juga Mus yang admin website AM, dan tentu ketua Komuniatas Blogger Makassar, Rara.

Dari pencerahan masing-masing pembicara yang diselingi oleh tanya-jawab, membuat acara semakin hidup. Tentu tidak lepas dari peran sang pemandu, Mamie, yang sudah tidak ada bedanya dengan mereka yang sudah profesional dalam bidang pandu memandu. Aku yakin, peserta banyak mendapatkan masukan dan pelajaran dari penjelasan para pembicara. Apalagi dengar-dengar, acara ini gratis. Dah gitu, dapat jatah makan dan snack plus Certificate lagi. Sekali lagi salut sama panitia.

Sayang waktuku sudah mendekati limit. Aku masih sempat berbincang-bincang dengan Talluroda, dari hal pribadi hingga dunia IT, bahkan masalah budaya. Talluroda memang terlihat aktif menemani panitia dari hari sebelumnya. Bahkan, setelah mau pamit, dengan spontan beliau menyodorkan buku tebal yang dipegangnya, "Ini oleh-oleh buat premanG Jatibening". Untung aku mampu menahan haru ini, sehingga air mata masih bisa terbendung, tidak mengucur keluar dari kelopak mata ini. Terima kasih sang Tukang Becak! Semoga esok-esok, lurangta semakin banyak!

Kusalami satu-satu orang-orang yang ada di dekatku, karena memang sudah mendekati waktu, meluncur ke bandara untuk kembali ke padepokanku sendiri, Jatibening. Bahkan masih sempat berfoto-foto ria. Noir..., foto yang ada aku jangan dihapus yah! Aku minta!. Kalaupun dipaksakan mencari kekurangan, paling cipika cipiki aja, tidak ada yang "mampu" memberiku hadiah yang satu ini.:P Dan dengan berat hati, akupun meninggalkan PTC. Meninggalkan pemandangan indah bermodalkan semangat besar, dengan hati berguman, "Aku bangga bisa mengenal kalian dan Terima kasih semuanya". Ewako Blogger Makassar, Ewako Anging Mammiri! (@ef, 29072007)

HermanLaja.COM