Tatkala seluruh negeri berkabung, ada secuil berita menarik yang lebih bersifat konsumsi infotainment. Si Halimah, istri Bambang Trihatmojo yang baru saja diceraikan itu pun ikut melayat dan berbelasungkawa atas kematian 'mantan' mertuanya. Wanita yang notabene sudah berumur ini memang masih tetap kelihatan cantik. Bisa dibayangkan, betapa cantiknya beliau waktu masih muda-nya. Dan konon, Halimah ini merupakan salah seorang mantu tersayang keluarga Cendana. Maka tatkala si Mayang, istri muda Bambang ikut menampakkan muka menjenguk sang mertua yang sudah tak bernyawa itu, jadi bulan-bulanan di lingkungan Cendana, bahkan harus bercucuran airmata diusir oleh saudara-saudara suaminya.*Pencinta Infotainment mode on*
Disamping breaking news tentang wafatnya mantan penguasa negeri ini beserta kehebohan internal keluarga beliau di atas, ternyata ada Halima* lain yang tak kalah menakutkan yang sangat kurang pamor dari sisi pemberitaan media dan perhatian masyarakat. Dialah H5N1, virus flu burung yang sudah merenggut ratusan nyawa manusia itu. H5N1-lah yang saya 'gelari', Halima* yang terlupakan, sebagaimana judul tulisan ini.
Virus Flu burung, mulai menampakkan diri ke permukaan sejak tahun 2003. Dan pada masa-masa awalnya, Vietnam tercatat sebagai negara terparah masalah penyebaran Flu burung ini. Namun kelihaian dan keseriusan pemerintahnya, berhasil menekan drastis semakin menjalarnya virus yang sangat menakutkan ini.
Lain Vietnam, lain juga dengan gerak langkah pemerintah negeri ini. Terbukti, sejak tahun 2005, Indonesia pun menjadi ladangnya penyebaran Halima* ini. Dan ketidak mampuan me-manage wabah penyakit H5N1 ini, membuahkan 'hasil' bahwa Flu burung sebetulnya sudah menjadi "setan" menakutkan yang mungkin sudah menjalar kemana-mana di masyarakat kita. Seperti kemarin 28 Januari 2008, tercatat 2 orang jiwanya melayang direnggut oleh Halima* ini. Departemen Kesehatan mengumumkan bahwa seorang bocah kecil di Depok berusia 9 tahun, meninggal karena virus ini. Di hari yang sama, seorang wanita berusia 23 tahun pun menemui ajal karena H5N1. Dalam sehari saja sudah tercatat 2 orang yang menghembuskan nafas terakhirnya di ujung seuah Halima*.
Menurut catatan WHO, sejak tahun 2003, jumlah kematian yang diakibatkan oleh virus flu burung sudah melebihi 220 orang. Dan yang paling menyedihkan, hampir 50% dari angka itu dipasok oleh Negeri ini. Tak kurang dari 100 orang dari 220 orang itu berasal dari Indonesia. Sementara Vietnam yang awal-awal penyebaran virus ini termasuk sangat-sangat parah, hingga detik ini 'baru' tertatat 48 orang yang meninggal.
Sekali lagi, kembali kita mencatat rekor dalam sejarah, sebagai negara dengan angka kematian terbanyak yang diakibatkan oleh Flu Burung. Namun seakan tidak ada yang menaruh peduli terhadap hal ini. Padahal, angka kematian di atas adalah angka yang diumumkan oleh pemerintah. Tidak tertutup kemungkinan, bahwa disamping angka resmi itu, akan ada angka tidak resmi yang tidak terlacak, jauh melebihi dari angka tersebut. Bukankah sangat susah mencari data benar-benar valid di negeri ini? Artinya, bisa jadi virus mematikan itu sudah menjalar di lingkungan sekitar kita, yang pada saatnya akan ikut merenggut nyawa orang-orang terdekat kita, bahkan diri kita sendiri. Dan tatkala negara yang harusnya memberikan perlindungan kepada kita terhadap momok seperti itu lebih disibukkan oleh urusan-urusan lain, siapa lagi yang bisa melindungi diri kecuali diri sendiri?
